Entah apa yang aku rasakan kini? Aku sendiri tidak mengerti siapa sebenarnya diri aku lagi. Fikiran aku masih lagi ligat mencari pengertian yang seutuhnya. Kadang aku gembira, kadang juga aku bersedih. Aku cuba melawan perasaan aku untuk sentiasa ceria supaya tiada yang curiga atau terbias kesedihan aku ini. Tapi semakin kuat aku mencoba untuk menahan, semakin kuat pula sebatan kasih itu aku rasakan. Apakah aku sudah terbawa-bawa dengan rintihan sayup yang jauh di dalam sudut jiwa aku?
Iya, aku akui kamu mungkin tertanya-tanya kemana perginya karakter aku yang ceria dan bahagia seperti kamu kenal dulu? Yang petah menasihati teman-temannya kerna bersedih, supaya lebih kuat semangat dan menjalani hari-hari yang berlalu dengan tabah. Ketahuilah, aku juga manusia punya hati dan perasaan yang pastinya tiada terlindung dari emosi sedih yang berbalam-balam. Aku juga ingin punya teman tapi mesra. Aku juga ingin rasa dicintai yang sebenar-benarnya. Airmata aku juga jernih seperti tangis kamu itu.
Apakah yang kurasakan kini, sedih yang bisa membuat aku jadi sewel untuk berfikir secara matang. Kenapa harus aku rasakan suasana seperti ini? Sepi yang mencengkam setiap lulur lulur tubuh aku. Bukan saja airmata aku yang berlinang, liang-liang roma aku turut meresbeskan kesyahduan hatiku saat ini. Hingga terkadang jari-jariku seperti mahu berhenti untuk mencoretkan nahskah ini.
Kasih, fahamilah hati aku sayang. Aku hanya mahu kamu saja kerna aku telah terlanjur mencintaimu. Segenap jiwa raga aku akur dengan rasa hati ini. Walaupun sebenarnya aku adalah orang yang bukan mudah untuk mengakui aku bisa lafazkan mencintai kekasih. Tapi kini aku sadar aku larut dalam kasihmu. Setelah cahaya yang kau pancarkan begitu sirna dalam lubuk hatiku. Mengapa kau padamkan lagi?
Aku sebenarnya tidak memahami apa yang berlaku antara kita ketika ini. Tiada mukaddimah tiada salam akhir. Hanya aku yang tertinggal dan tertanya. Mengapa? Seberapa salahkah diri aku ini padamu? Seberapa hinakah aku dimata mu? Hingga aku dapat merasakan kau begitu menjauh dari aku. Tanpa sebarang isyarat untuk aku memahami apa yang berlaku.
Kadang aku membaca coretan-coretan yang ada di laman sosial itu. Sesak nafasku meniti setiap baris dan ayat yang tertulis. Aku coba untuk menahan perasaan aku untuk tidak berprasangka. Tapi aku tak bisa kerna aku sudah terlatih untuk membaca apa yang tersirat dari segalanya yang tersurat. Dan aku juga tidak bisa menjauh dari kamu. Setelah itu aku hanya membiarkan saja. Aku tidak mahu ia akan memukul hati aku dengan kuat hingga ia berderai. Memang terkadang aku cemburu. Mereka sering berkata cemburu itu tandanya sayang. Entahlah...
~~Mereka sering berkata...cinta itu milik kita, tapi mengapa kau enggan ucapkan cinta lagi??
Aku sunyi bila kau mulai menjauh, kita tidak lagi sebahagia yang dulu pernah ada antara kita. Katamu semuanya kerna ingin menjaga hati. Tapi apakah hatiku telah kau jaga? Aku sangat merindukan saat itu! Saat Valentine Sayang. Keduanya enggan mengalah untuk mengatakan siapa yang lebih mencinta. Lucu dan bahagia! Tapi mengapa tidak kini lagi? Dulu kita cemburu dengan gelagat pasangan lain. Ingin lakukan yang lebih terbaik daripada yang mereka lakukan. Kota Rome jadi kompasnya.
Sekarang aku menjadi takut dengan perasaan aku. Seperti apa yang aku rasakan di awal dulu. Tapi aku coba tuk kuatkan hatiku. Kerna aku masih mengidamkan untuk menciptakan kenangan terindah kita bersama. Kadang aku coba menipu hatiku supaya jangan bersedih. Mungkin aku tlah terbuai jauh. Aku hanya ingin dicintai. Seseorang yang menemani aku mandi untuk bersama menyambut seru menjimatkan penggunaan air sedunia. Saling menjaga. Mencium aku bila aku terasa sakit. Dan mendendangkan kata-kata yang indah mengisi tidur malamku. Melakukan aktiviti harian bersama, memasak, cuci kereta serta berkongsi cerita ketika tirai malam terungkai labuh.
Kekasihku, katakanlah kau jadi milik aku. Kerna tanpa kekasihku, percuma saja aku ada disini. Dimana letak syurga itu? Biar ku gantikan tempatmu dengan aku. Adakah tangga syurga itu? Biar aku temukan, untuk bersamamu. Aku tidak mampu berdiri sendiri begini. Aku amat memerlukan kamu. Ku merindui suaramu mengucapkan kau sayang padaku.
Tiap hari berganti, tiap saat yang berlalu, tiada selainnya yang aku nantikan hanya untuk mendengar khabar berita dari kamu. Jika link inbox itu bukan maya, sudah rusak agaknya kerna selalu digodam. Hingga terkadang aku terkilan bila kamu aktif di laman yang lainya sementelah aku masih termanggu menunggu ucapan salam bahagia dari kamu. Apakah aku telah terlupakan? Sehingga aku berasa malu untuk menyampuk kemeriahan yang berlangsung. Telefon bimbit itu juga mungkin sedang bersedih. Ia tak mahu berdering lagi sejak sekian lama. Tiada lagi pesanan ringkas 'MyLove' di panel skrinnya. Ya tuhan, apakah cobaan ini akan membunuh hatiku?
Sebenarnya aku ingin meluahkan segalanya terus kepada kamu. Tapi aku takut kamu akan tersinggung mendengar cerita sedih ini. Oleh itu aku hanya meyalurkan kesedihan aku pada teman-teman yang ingin mengerti. Maafkan aku jika itu melangkaui batas yang kau sempadankan.
Berilah aku pengertian untuk segalanya...kasih!
Aku ingin menyambung lagi luahan ini, tetapi aku tak mampu meneruskannya. Biarlah aku melayan pedih luluh hatiku. Sepi tanpa dengung. Derai airmata ini membasahi dingin salju malam.
Selamat malam sayangku. Aku rindu~~
I don't have millions reasons,
ReplyDeleteI'm just in love with you,
I can't help it,
Even though..
I don't want to love you,
Thats why I keep loving you,
Thinking everything will turn out..
All right in the end!